Warung Bebas

Tuesday, August 9, 2011

Suatu Pagi di Italy

Nama saya Vivian, umur 25 tahun, kulit putih bersih dan bentuk badan yang penuh lekuk (dada 36B, pinggang 28, pinggul 36,5 inch). Saya bekerja sendiri, mengelola pabrik garment keluarga dan orang tua saya sekarang tinggal di Singapore. Saya tinggal bebas sendirian di sebuah apartemen di daerah Jakarta Barat.

Saya selalu merasa agak berbeda sebagai wanita yang lahir di bumi timur ini karena saya sangat menikmati seks semenjak pengalaman pertama saya. Saya banyak membaca buku-buku erotis dan selalu terbuka untuk mencobanya. Bagi saya, seks adalah kesenangan yang ingin saya dapatkan setiap saat saya sedang mood. Seks juga bagi saya tidak mesti dengan suami atau hanya pacar saja. Kalau lagi kosong, saya suka ke café-café yang bertebaran di ibukota ini sambil mencari-cari. Siapa tahu ada lelaki ganteng yang bisa menolong saya memuaskan nafsu yang besar ini.

Saya baru kenal Erick sekitar 3 bulan di O'Reylis café dan baru saja tidur pertama kali dengannya awal bulan Juli ini. Pengalaman pertama dengannya sangat mengesankan karena ternyata Erick juga sangat liar di tempat tidur, saya seperti bertemu pasangan yang serasi untuk pertama kali, dan dia juga dapat bertahan cukup lama, malam itu saya tiga kali orgasme. Hmm..., lumayan. Dan bagi Erick, malam itu dia mendapat 'pengalaman yang tak terlupakan'. Saya tidak keberatan sama sekali dengan oral seks dan saya rasa telah melakukan tugas saya dengan baik. Erick seorang pengusaha, ia mengimpor sepatu dan tas dari Italy dan Spanyol. Kebetulan weekend kemarin Erick ada bisnis meeting di Italy, jadi saya di ajak juga olehnya ke sana.

Kami tiba di Italy jam 11.30 malam waktu setempat dan karena berjam-jam di atas pesawat plus perbedaan waktu jadi kami berdua langsung tergeletak di tempat tidur, kecapaian. Pagi itu saya bangun lebih dulu daripada Erick. Saya suka memandang wajahnya yang sedang tidur, begitu tenang tapi tetap macho. Erick punya badan yang kekar, kulit agak kecoklatan, tapi yang paling saya suka dari wajahnya yaitu rambut di sekitar rahangnya, hmm... Saya mulai mengelus rahangnya, terus ke leher dan dadanya (Oh ya, kami terbiasa tidur tanpa busana), sesudah itu tangan saya mulai turun ke daerah pangkal pahanya dan mengelus kemaluannya yang lembut terkulai. Puas dengan tubuhnya, saya bangun dan pergi ke kamar mandi. Saya sedang menggosok badan saya dengan busa bersabun ketika saya merasakan kehadiran Erick di belakang tubuh saya.

"Oww..., Erick, apa yang kamu lakukan..." kata saya, sambil saya bisa merasakan kemaluannya menjadi keras pas di atas belahan pantat saya yang putih dan bulat. Mungkin karena pemandangan itu juga dia menjadi sangat terangsang. Erick sering bilang bahwa pantat sayalah bagian terindah dari tubuh saya, putih, bulat dan nungging menantang, katanya. Kemudian Erick mengambil busa dari tangan saya dan mulai menggosok badan saya. "Shh..., santai saja, saya mau mandiin kamu" katanya. Kemudian Erick mulai menyabuni saya, seluruh tubuh mulai dari leher, terus ke dada saya..., dengan gerakan memutar Erick menggosokkan busa itu ke kedua bukit saya perlahan. Puting saya langsung mengeras dan berwarna merah jambu kecoklatan tanda saya mulai terangsang, mata saya tertutup menikmatinya kemudian saya merasa bibir Erick sudah mengulum bibir saya dan kita saling berpagutan dengan hotnya. Saya ambil busa itu dari tangan Erick kemudian gantian saya yang menggosok seluruh tubuhnya. Karena saya sudah terangsang, liang kewanitaan saya terasa panas, cepat-cepat kita bilas tubuh kami berdua kemudian saya menjilati puting Erick. Lidah saya bergerak memutari putingnya dan setelah keras, saya gigit perlahan sehingga terdengar erangan Erick. Perlahan sambil dibawah pancuran saya berlutut di depan kemaluannya dan mulai menjilati kepalanya, saya gerakkan lidah saya mendorong lubang di kepala penisnya agak cepat sampai dia mengerang antara geli dan nikmat lalu saya masukkan semua penisnya di dalam mulut saya dan saya hisap dengan gerakan cepat.

Erick sangat suka kalau saya hisap penisnya dengan cepat dan kuat, "Oh, Viv..., kamu hebat, ayo..., goyang, cepat!" Erick sudah mengerang sedemikian dahsyat, perlahan saya kurangi gerakan lidah dan sedotanku. Saya jilati lagi kepala penisnya lalu saya kejutkan dengan sekali isapan yang dalam dan keras lalu saya berdiri. Saya angkat kaki sebelah saya ke atas pinggangnya lalu saya pegang penisnya dan saya arahkan ke dalam liang senggama saya yang sudah basah sejak tadi... Mulanya agak sulit masuk karena liang kewanitaan saya agak sempit tapi Erick terus menggoyangkan pinggulnya maju mundur sehingga basah kuyup liang kewanitaan saya lalu 'blesh...', masuklah semua kemaluan Erick ke dalam liang senggama saya sambil Erick mengangkat kedua kaki saya keatas pinggulnya. Aduh, enaak sekali rasanya bercinta dengan penisnya yang besar. "Oh Erick, nikmat sekali..., ah..., goyang terus sayang, yang dalam sayang, aduh besar deh, nikmat 'yang lagi, lagi" begitulah kita saling bergerak naik turun.

Saya tak mampu menguasai perasaan nikmat di dada sehingga erangan kenikmatan terus terdengar dari mulut saya. "Terus 'yang, terus hampir oh, hampir, lagi.. lagi.. oh, aku mau keluar, aku udah nggak kuat lagi... yeah, oh..., oh..., Ohh..." Satu jeritan dahsyat saya lontarkan karena orgasme yang begitu intens dari Erick. Sementara Erick tidak sedikit pun melambatkan goyangan pinggulnya tapi justru mempercepatnya, saya tahu badan Erick sudah mulai bergetar nikmat. Desah Erick, "Tunggu sebentar lagi sayang, oh, saya juga mau keluar. Oh, oh, kita keluarin barengan.. ohm..., ohm..., yes, yes,.. nikmat kan sayang? Tanya saya sambil terus menjilati daerah-daerah sensual Erick, sementara Erick agak menunduk mencari puncak bukit saya kemudian dihisap dan digigitnya dengan gemas. Lalu desahnya kemudian, "Oh, aku mau keluar sayang..", lalu saya merasa aliran hangat di dalam liang kewanitaan saya, Erick sudah selesai juga. Oh ya saya lupa bilang bahwa kami sangat berisik kalau bercinta. Apakah mungkin karena kita berdua cukup ahli dan sama buasnya? Kami lalu merampungkan kegiatan kami, membilas lalu saling mengelap badan dengan handuk. "Tok.. tok.. oh, sarapan datang, Erick memakai baju mandinya lalu keluar membukakan pintu, saya dengar dia bilang "Terima Kasih.." lalu pintu ditutup, saya keluar bugil dan langsung disambut dengan ciuman Erick yang hangat, kami berciuman lumayan lama. "Untuk permainan kita yang menyenangkan".

0 comments em “Suatu Pagi di Italy”

Post a Comment